Rabu, 30 November 2011

sedang kebingungan

selamat sore semua..!!!!

^-^

D hari yang ceria ini izinkan saya mngungkapkan semua beban yang ada di benak ini.. wesshhhh..
sembari menunggu waktu magrib dan yang sebentar lagi akan ada prtndingan bola di TV yang katanya Timnas indonesia akan main melawan tim LA Galaxy (dmana Beckham membela).. hhe..ntah siapa yang bakal menang,, sepertinya g semenarik ketika Timnas Indo melawan Timnas Malay pada saat sea games.. mari kita lewatkan saja...
Duduk2 sambil befikir tentang Tugas Organisasi, Materi Kuliah, Agenda Kegiatan yang sdh mnnti... (sok sibuk sndiri).. pdhal g sgtunya jga s....hhuph..
Sosmas oh Sosmas...!!!!
apa yang harus saya lakukan untuk memajukan sosmas ?????

Kamis, 24 November 2011

Efusi Pleura


BAB I
PENDAHULUAN

Efusi pleura (adanya cairan di ruang pleura) yang muncul lebih sedikit padaanak-anak dibandingkan orang dewasa dapat disebabkan oleh beragam infeksi danpenyakit bukan infeksi. Kebanyakan informasi yang ada tentang efusi pleura berasal dari penelitian orang dewasa. Penyebab dari efusi pleura pada anak-anak berbeda secaranyata dibandingkan orang dewasa tersebut. Pada orang dewasa, kebanyakan penyebabefusi pleura adalah gagal jantung kongestif (transudat), dan bakteri pneumonia sertakeganasan adalah penyebab utama dan sering untuk eksudat. Efusi pleura pada anak-anak umumnya kebanyakan adalah infeksi (50-70% efusi parapneumonik), gagal jantung kongestif adalah penyebab yang lebih sedikit (5- 15%) dan keganasan adalah kasus yang jarang.

 Efusi parapneumonik didefinisikan sebagai cairan di rongga pleura sehubungan dengan adanya pneumonia, abses paru, atau bronkiektasis. Bakteri non- TB pneumoniamerupakan penyumbang terbesar sebagai penyebab utama efusi pleura pada anak. Dibuktikan dengan agen spesifik penyebab tergantung dengan usia pasien, penyakit yang mendasarinya, metode kultur laboratorium yang standar, dan pemberian terapi antibiotic. 

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalamrongga pleura. Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus













BAB II
PEMBAHASAN
 A.  Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)

B.     Etiologi
  1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
  2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
        Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
        Penurunan tekanan osmotic koloid darah
        Peningkatan tekanan negative intrapleural
        Adanya inflamasi atau neoplastik pleura


C. Faktor Resiko dan Cara Penularan
Factor resiko tinggi yang terjadi pada efusi pleura yaitu terjadi infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari ronggapleura dapat menyebabkan pecahnya membrane kapiler dan memungkinkanpengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekananperifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yangberlebihan ke dalam rongga pleura. Menurunya tekanan osmotic koloid plasmajuga memungkinkan terjadinya transudasi cairan yang berlebihan.

D. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

E. Manifestasi Klinis
 Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena  pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukancairan pleural yang signifikan. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurangbergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung(garis Ellis Damoiseu)
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karenacairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura
.       
F. Pencegahan
Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosa kausal belum dapat ditegakkan

G. Evaluasi Diagnostik
Penyakit pleura parietal dan melibatkan pleura viseral dan mungkin baik asal inflamasi atau ganas, sering mengakibatkan efusi pleura. Evaluasi diagnostik efusi pleura mencakup penelitian kimia dan mikrobiologi, serta analisis sitologi, yang dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang proses penyakit etiologi. Namun, 40% dari efusi pleura tetap tidak terdiagnosis setelah awal thoracocentesis .
Biopsi pleura dianjurkan untuk evaluasi dan pengucilan etiologi infeksi seperti tuberkulosis atau penyakit ganas, mesothelioma ganas khususnya gangguan jaringan ikat seperti penyakit rematik juga dapat hadir dengan keterlibatan pleura, biopsi pleura memerlukan untuk diagnosis. In addition, pleural thickening in the absence of pleural effusion may require further histological evaluation. Selain itu, penebalan pleura dengan tidak adanya efusi pleura mungkin membutuhkan evaluasi lebih lanjut histologist. Hal ini penting untuk memahami bahwa etiologi efusi pleura tetap tidak jelas di hampir 20% kasus.
Ini berkisar dari teknik yang lebih tua, seperti biopsi pleura buta atau tertutup, untuk teknik-teknik baru termasuk gambar-dipandu dan thoracoscopic biopsi. Teknik-teknik yang terakhir telah lebih tinggi hasil diagnostik dan memberikan sensitivitas diagnostik yang lebih baik. Selain itu, penggunaan imunohistokimia memberikan peningkatan akurasi diagnostik.
H. Penatalaksanaan Umum
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
1.      Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
2.      Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
3.      Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
4.      Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis), menghilangkan dispnea.
5.      Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
6.      Antibiotika jika terdapat empiema.
7.      Operatif.

I.     Komplikasi
Komplikasi dari efusi pleura termasuk runtuhnya paru-paru; pneumotoraks, atau udara dalam rongga dada, yang merupakan efek samping umum dari prosedur Thoracentesis, dan empyemas (abses) disebabkan oleh infeksi dari cairan pleura, yang memerlukan drainase cairan.
Efusi pleura dapat menempatkan pasien dengan asbestosis atau mesothelioma risiko bahkan lebih dibandingkan pasien lain - jika itu mengarah pada kesulitan bernapas. Hal ini karena pasien dengan kondisi ini sehingga sering menderita jaringan parut pleura, yang dengan sendirinya membuatnya sangat sulit untuk bernapas. Efusi pleura dapat memperburuk masalah ini, dan akhirnya ketidakmampuan untuk bernapas dengan benar dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap spiral pasien.

Selain itu efusi pleura dapat menyebabkan komplikasi berupa :
1.    Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

J. Proses Keperawatan
          a.  Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ
3.  Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
4.  Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
6. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan

b. Diagnosa Keperawatan
1.      Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
-         Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal
-         Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
        Identifikasi etiologi atau factor pencetus
        Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital)
        Auskultasi bunyi napas
        Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus.
        Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur
        Bila selang dada dipasang :
a.       periksa pengontrol penghisap, batas cairan
b.      Observasi gelembung udara botol penampung
c.       Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
d.      Awasi pasang surutnya air penampung
e.       Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
        Berikan oksigen melalui kanul/masker

2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-         Pasien mengatakan nyeri berkurang  atau dapat dikontrol
-         Pasien tampak tenang
Intervensi :
        Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri
        Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
        Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi
        Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri
        Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan
Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas
Kriteria hasil :
-         Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi
-         Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik
Intervensi :
         Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan
        Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah
         Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa     penutup steril sesuai kebutuhan
        Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang
        Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.

4.  Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Tujuan : Mengetahui tentang kondisinya dan aturan pengobatan
Kriteria hasil :
-        Menyatakan pemahaman tentang masalahnya
-        Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup untuk mencegah terulangnya masalah
Intervensi :
        Kaji pemahaman klien tentang masalahnya
        Identifikasi  kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang
        Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, nutrisi, istirahat, latihan
        Berikan informasi tentang apa yang ditanyakan klien
        Berikan reinforcement atas usaha yang telah dilakukan klien .